BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Senyawa flavonoid adalah senyawa
polifenol yang mempunyai 15 atom karbon yang tersusun dalam konfigurasi C 6
-C 3 -C 6 , yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan
oleh 3 atom karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan hijau
sehingga dapat ditemukan pada setiap ekstrak tumbuhan (Markham, 1988).
Flavonoid adalah senyawa metabolit
sekunder yang dihasilkan banyak tanaman . Flavonoid banyak terdapat secara luas
dalam sayuran dan buah-buahan sebagai glikosidan dan aglikon. Struktur dasar flavonoid mempunyai sebuah inti
flavan (2-fenil-benzo-ϒ-
pyran) yang terdiri dari 2 cincin benzena ( A dan B) dikombinasikan dengan
sebuah atom oksigen pada cincin C pyran (Suryanto, 2012).
Penelitian farmakologi terhadap senyawa
flavonoid menunjukkan bahwa beberapa senyawa golongan flavonoid memperlihatkan
aktivitas seperti antifungi, diuretik, antihistamin, antihipertensi,
insektisida, bakterisida, antivirus dan menghambat kerja enzim (Geissman,
1962).
Flavonoid merupakan kandungan khas
tumbuhan hijau dan salah satu senyawa aktif yang menjadi penelitian dalam
mengembangkan obat tradisional Indonesia. Hal penting dari penyebaran flavonoid
dalam tumbuhan adalah adanya kecenderungan kuat bahwa tumbuhan yang secara
taksonomi berkaitan akan menghasilkan flavonoid yang jenisnya serupa. Jadi
informasi tumbuhan yang diteliti seringkali didapatkan dengan melihat pustaka
mengenai flavonoid terdahulu dalam tumbuhan yang berkaitan, misalnya dari marga
atau suku yang sama (Markham, 1988).
Salah
satu tumbuhan yag mengandung senyawa flavonoid adalah tumbuhan Ketapang kencana
(Terminalia muelleri Benth). Tanaman
ini berasal dari Australia dan terbesar secara luas didaerah tropis seperti india,
inndonesia, Malysia, New Guini, dan Amerika Utara ( Yuniati et al, 2012).
Kandungan kimia (Terminalia muelleri Benth). belum banyak
diketahui sejauh ini yang dilaporkan adalah ekstrak buah dan daun (Terminalia muelleri Benth). Tanaman ini
memiliki aktivitas antioksidan dan senyawa yang bertangung jawab atas aktivitas
tersebut adalah asam elagat. Hasil
penelitian lainnya juga melaporkan bahwa ekstrak heksana, etil asetat dan
metanol dari daun (Terminalia muelleri Benth) bersifat sebagai antimikroba dan senyawa
yang bertanggung jawab sebagai antimikrroba dari ekstrak etil asetat daun (Terminalia muelleri Benth) adalah asam
galat (Yuniati et al, 2012).
Berbagai
jenis senyawa, kandungan dan aktivitas antioksidatif flavonoid sebagai salah
satu kelompok antioksidan alami yang terdapat pada sereal, sayur-sayuran dan
buah, telah banyak dipublikasikan. Flavonoid berperan sebagai antioksidan
dengan cara mendonasikan atom hidrogennya (Cuppett et al.,1954).
1.2
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian
diatas dapat dirumuskan suatau permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana
cara menganalisis senyawa flavonoid
dengan mengisolasi dan mengidentifikasi menggunakan Kromatografi lapis lipis ,
kromatografi kolom dan Spektrofotometri Uv-Vis, IR, H-NMR dan C-NMR.
1.3
TUJUAN
1. Penelitian
ini bertujuan mengisolasi dan mengidentifikasi kandungan flavonoid dari
tumbuhan Ketapang kencana (Terminalia
muelleri Benth). Dengan menggunakan metode Kromatofrafi lapis lipis ,
kromatografi kolom dan Spektrofotometri Uv-Vis, IR, H-NMR dan C-NMR
BAB
II
ISI
2.1. TINJAUAN PUSTAKA
Ketapang kencana (Terminalia muelleri
Benth.), berasal dari Australia keluarga Combretaceae. Tanaman ini
tersebar di berbagai negara yaitu India, Indonesia dan Amerika
Utara Ekstrak Terminalia ini dapat berfungsi sebagai antifungi,
antikanker, antioksidan dan penghambat glukosidase ( Ariyanti,
2013).
Gambar
: Tumbuan Ketapang Kencana (Terminalia muelleri )
Klasifikasi Tanaman Ketapang Kencana (Terminalia muelleri
)
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Combretaceae
Genus : Terminalia
Spesies : Terminalia muelleri Benth
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Combretaceae
Genus : Terminalia
Spesies : Terminalia muelleri Benth
Kandungan kimia pada tanaman T. muelleri
belum banyak dilaporkan, namun kandungan kimia dan uji aktivitas dari genus
T erminalia telah banyak dilaporkan. Daun Terminalia muelleri Benth
dilaporkan memiliki sifat antibakteri (Ariyanti, 2013).
Flavonoid merupakan
salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder yang paling banyak ditemukan di
dalam jaringan tanaman (Rajalakshmi dan S. Narasimhan, 1985). Flavonoid
termasuk dalam golongan senyawa phenolik dengan struktur kimia C6-C3-C6
(White dan Y. Xing, 1954; Madhavi et al., 1985; Maslarova, 2001) (Gambar
1). Kerangka flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik A, satu cincin
aromatik B, dan cincin tengah berupa heterosiklik yang mengandung oksigen dan
bentuk teroksidasi cincin ini dijadikan dasar pembagian flavonoid ke dalam
sub-sub kelompoknya . Sistem penomoran digunakan untuk membedakan posisi karbon
di sekitar molekulnya (Cook dan S. Samman, 1996).
Gambar 1.
Kerangka Flavonoid
Perbedaan
dalam subtitusi terhadap cincin C menentukan perbedaan golongan flavonoid . fokus
yang utama dalam flavonoid adalah golongan flavonol, flavon, flavanon,
dihidroflavonol, flavanol, isoflavon dan antosianidin. Karena keenam golongan
senyawa tersebut secara umum yang paling banyak ditemukan sebagai antioksidan
yang berasal dari tumbuhan ( Suryanto,
2012).
Flavonol
mengandung sebuah gugus keto pada posisi 4 dalam cincin C dengan OH pada posisi
3.beberapa senyawa flavonoid yang dapat digolongkan flavonol adalah kuersetin,
kaempferol, myricetin, morin, fisetin, dan rutin ( Suryanto, 2012).
Struktur
Flavon mempunyai kerangka sama dengan struktur flavonol, tetapi tidak mempunyai
OH pada posisi 3 . senyawa yang termasukgolongan flavon adalah apigenin,
chrysin, luteolin, vrisiliol, dan primuletin ( Suryanto, 2012).
Struktur
Flavanon tidak mempunyai rangkap pada C2-C3
dan gugus OH pada posisi. Beberapa
senyawa yang termasuk flavanon adalah naringenin, naringin, hesperitin,
hesperidin, eriodictyol dan isosakuranetin ( Suryanto, 2012).
Kalkon
termasuk senyawa flavonoid dan merupakan prekursor alam dari flavon dan
flavannon sangat mudah tersiklisasi dibawah kondisi asam.Kalkon mempunyai
struktur yang berbeda dengan kerangka flavonoid lainnya terutama pada cinicin
pusat pyran adlah terbuka. Kalkonn mempunyai gugs OH pada posisi 2. Beberapa
senyawa yanag termasuk kalkon adlaah butein dan okanin ( Suryanto, 2012).
Struktur
Flavanonol ataudihidroflavon mempunyai struktur yang sama dengan flavanon,
tetapi mempunyai gugus OH pada posisi 3.beberapa senyawa yang termasuk
flavanonol atas dihidroflavon adalah taxifolin , fustin, eugelitin, dan
astilbin ( Suryanto, 2012).
Isoflavonoid
memiliki perbedaan dengan kelompok flavonoid lainnya dalam penataan ulang
kerangka C15 yang berdasarkan
pada 3-fenilkromon.beberapa senyawa yang termasuk isoflavon adalah genistein,
genistin, diaidzein, biochanin A, glicitein, gliciitin, dan formononetin (
Suryanto, 2012).
Flavonoid
yang memiliki rantai C3 jenuh dengan gugus hidroksil dikenal sebagai
flavanol. Kelompok yang termasuk flavanol adalah Flavan-3,4-diol dan
flavan-3-ol ( Suryanto, 2012).
Antosianin
merupakan pigmen yang dapat larut dalam air, spesies yang berlimpah pada
tanaman. Banyak antosianin ditemukan dialam merupakan bentuk glikosida
pelargonidin, cyanidin, peonidin, delphinidin, petunidin, dan malvidin (
Suryanto, 2012).
Sifat Kimia
dan Fisik Senyawa Flavanoid
Flavonoid merupakan senyawa
polifenol sehingga bersifat kimia senyawa fenol yaitu agak asam dan dapat larut
dalam basa, dan karena merupakan senyawa polihidroksi (gugus hidroksil) maka
juga bersifat polar sehingga dapat larut dalan pelarut polar seperti methanol
(MeOH), etanol (EtOH) , aseton, air, butanol (BuOH), dimetilsulfoksida (DMSO),
dimetilformamida (DMF). Dll. disamping itu dengan adanya gugus glikosida yang
terikat pada gugus flavonoid sehingga cenderung menyebabkan flavonoid mudah
larut dalam air. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru, dan
sebagai zat berwarna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan ( Markham,1988).
Flavonoid terutama berupa
senyawa yang larut dalam air.. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya
berubah bila ditambah basa atau amonia, jadi mudah dideteksi pada kromatogram
atau dalam larutan ( Markham,1988).
Sifat kelarutan Flavonoid, Adanya
gula yang terikat pada flavonoid (bentuk umum yang ditemukan) cenderung
menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air dan dengan demikian campuran
pelarut di atas dengan air merupakan pelarut yang baik untuk glikosida.
Sebaliknya, aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon, dan flavon
serta flavonol yang termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut
seperti eter dan kloroform (Markham, 1988).
Kelarutan flavonoid antara lain :
1. Flavonoid polimetil atau polimetoksi larut dalam
heksan, petroleum eter (PE), kloroform, eter, etil asetat, dan etanol. Contoh:
sinersetin (nonpolar).
2. Aglikon flavonoid polihidroksi tidak larut dalam
heksan, PE dan kloroform; larut dalam eter, etil asetat dan etanol; dan sedikit
larut dalam air. Contoh: kuersetin (semipolar).
3. Glikosida flavonoid tidak larut dalam heksan, PE,
kloroform, eter; sedikit larut dalam etil asetat dan etanol; serta sangat larut
dalam air. Contoh: rutin.
Infudasi adalah sediaan cair yang dibuat
dengan menyari simplisia dengan air pada suhu 900C selama 15 menit.
Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat
kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan
cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan
kapang. Oleh sebab itu sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan
lebih dari 24 jam (Anonim, 1986).
Freezdreyer adalah metode
pengeringan beku dimana bahan yang akan dikeringkan dibekukan terlebih dahulu
kemudian dilanjutkan dengan pengerigan mengunakan tekanan rendah sehingga
kandungan air yang sudah menjadi es akan langsung menjadi uap yang dikenal
dengan istilah sublimasi. Pengeringan menggunakan alat Freezdreyer lebih baik
dibandingkan dengan oven karena kadar airnya
lebih rendah. Pengeringan menggunakan alat Freezdreyer lebih aman terhadap resiko teradinya degradasi
senyawa dalam estrak (Muchtadi, 1992).
Pengoperasian alat adalah
ekstrak cairan atau ekstrak kental yang telah dibekukan dalam lemari es selama
minimal 24 jam, dimasukan dalam Freezdreyer. Kemudian alat disetting dengan
sesuai yang diingginkan. Oleh Vakum kuma alat tersebut akan menyedot solven
yang telah beku ( freeze) menjadi uap . Prinsip kerja alat ini adalah menggubah
fase padat menjadi fase gas. (Muchtadi, 1992).
Kromatografi adalah suatu
nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara
kromatografi menggunakan dua fase yaitu fasa tetap (stationary) dan fasa gerak
(mobile), pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari dua fasa tersebut.
Kromatografi secara garis besar dapat dibedakan menjadi kromatografi kolom
dankromatografi planar. Kromatografi kolom terdiri atas kromatografi gas dan
kromatografi cair, sedangkan kromatografi planar terdiri atas kromatografi
lapis tipis dan kromatografi kertas (Anonim, 1986).
Kromatografi lapis tipis digunakan pada
pemisahan zat secara cepat, dengan menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus
yang dilapiskan serba rata pada lempeng kaca. Kromatografi lapis tipis dengan
penyerap penukar ion dapat digunakan untuk pemisahan senyawa polar. Perkiraan
identifikasi diperoleh dengan pengamatan 2 bercak dengan harga Rf dan ukuran
yang lebih kurang sama (Anonim, 1986).
Kromatografi kolom adalah
suatu metode pemisahan dan pemurnian senyawa dalam skala preparative.
Kromatografi kolom dapat dilakukan pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan
lebih besar dengan menggunakan bantuan tekananluar (Anonim,
1986).
Spektrofotometri serapan ultraviolet dan
serapan tampak barangkali merupakan cara tunggal yang paling berguna untuk
menganalisis struktur flavonoid. Spektrum flavonoid biasanya ditentukan dalam
larutan dengan pelarut metanol atau etanol (EtOH), meski perlu diingat bahwa
spektrum yang dihasilkan dalam etanol kurang memuaskan. Spektrum khas terdiri
atas dua maksimal pada rentang 240–285 nm (pita II) dan 300–550 nm (pita I)
(Markham, 1988).
Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota
teknik analisisspektroskopik yang memakai seumber REM (Radiasi elektromagnetik)
ultraviolet dekat ( 190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm ) dengan memakai
instrumen spektrofotometer ( Anonim, 2007)
Spektrum inframerah ditemukan secara
luas untuk aplikasi analisis kualitatif dan kuantitatif . penggunaan tunggal
ini penting untuk mengidentiifikasi senyawa organik yang umumnya lengkap dari suatu spectra dan
menghasilkan angka maksimal dan minimal yang biasany untuk tujuan perbandingan
( Douglas , 1985).penggunaan spektrum inframerah unntuk penentuan struktur
senyawa organik biasanya antara 650-4000 cm-1 . kurva hubungan
antara transmitan dengan panjang gelombang atau bilangan gelombang atau
bilangan gelombang dan inilah yang disebut spektrum inframerah ( Muzakkir, 2012
).
Spektroskopi NMR proton merupakan sarana
untuk menentukan struktur senyawa organik dengan mengukur momen magnet atom
hidrogen. Pada kebanyakan senyawa ,atom hidrogen terikat pada gugus yang
berlainan dan spektrum NMR proton merupakan rekaman sejumlah atom hidrogen yang
berada dalam lingkungan yang berlainan.Spektroskopi NMR dapat digunakan sebagai
alat sidik jari dan juga memberikan keterangann tentang jumlah setiap tipe
hidrogen (Aziz, 2010)
Sinyal dari atom C13 dalam
alat NMR dapat dideteksi karena adanya sejumlah kecil atom karbon C-13
bersama-sama . momen magnet yang dihasilkan oleh 13C lebih kecil ,
bila dibandingkan dengan momen magnet proton, berarti sinyalnya jauh lebih
lemah (Aziz, 2010).
2.2 METODOLOGI PENELITIAN
2.2.1
Bahan dan Alat
2.2.1.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kulit batang tumbuhan Terminalia
muelleri Benth , SphadexTM LH-20 (GE 17-0090-01), plat KLT silika gel F60
( Merck-05554), kloroform ( Merck),n-heksana (Merck), metanol ( merck), aseton
( Merck), amoniak 25 % ( Merck), alumunium klorida (AlCl3) (Merck) ,
natrium asetat ( NaOAc) ( Merck), Asam Borat (H3BO3) (
Merck) , asam klorida ( HCl) pekat ( Merck), natrium hidroksida ( NaOH )(
Merck) serta DPPH ( Merck).
2.2.1.2 Alat
Peralatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah erlenmeyer 1 L , Botol Vial 25 ml,corong gelas, Cawan
Penguap, Pipiet Tetes, Labu ukur 25 ml, kompor listrik, Neraca Analitik ( Kern-870
), Chamber Kromatografi Lapis Tipis (
KLT) , Tabung Kromatografi Kolom, pengering Freezdryer ( EYELA D50 ) , kampu UV
( Spectroline ENF- 24/ F), spektrum meter UV Vis ( Shimatzu -1601) ,
spektrometer IR (Shimatzu tipe Prestige-21 ) dengan Pelet KBR , serta 1H-NMR
dan 13C-NMR ( JOL Delta 2-500 MHz).
2.2.2 Prosedur Kerja
2.2.2.1 Preparasi dan
Ekstraksi Sampel
Kulit
batang Tumbuhan Terminalia
muelleri Benth diperoleh dan dideterminasi di pusat konservasi tumbuhan
kebun raya bogor, kulit batang tersebut dibersihkan dari pengotornya, dikeringkan
pada suhu kamar dan dijadikan serbuk menggunakan blender.
Sebanyak
500 gram serbuk kulit batang tumbuhan Terminalia
muelleri Benth, diekstraksi dengan metode infudasi menggunakan pelarut
aquades , disaring dan dipisahkan dari ampasnya. Filtrat yang didapatkan ,
diuapkan pelarutnya menggunakna Freezdryer sehingga didapatkan serbuk ekstrak
air kering.
2.2.2.2 Penapisan Fitokimia serbuk ekstrak air
Serbuk
ekstrak air kilit batang tumbuhan Terminalia muelleri Benth, diuji
kandungan kimianya dengan cara penapisan fitokimia meliputi alkaloid,
flavonoid, tanin, saponin, kuinon, sterol, dan terpenoid menggunakan metode
yang dikembangkan oleh Fransworth ( 1966).
2.2.2.3 Isolasi Senyawa Flavonoid
Serbuk
ekstrak air yang positif mengandung flavonoid dipisahkan dengan menggunakan
metode kromatrografi kolom dengan fasa diam sphadex LH-20 serta fasa gerak air
metanol dengan menggunakan sistem gradien perbandingan kepolaran pelarut
menurun .
Fraksi
–fraksi yang menunjukan warna dan pola noda serta Rf yang sama berdasarkan hasil pemantauan KLT,
digabung dan ditentukan fraksi yang banyak mengandung flavonoid kemudian
dipekatkan dan dihidrolisis menggunakan asam klorida (HCl) diekstraksi dengan
etil asetat dan dipisahkan menggunakan corong pisah . lapisan etil asetat yang
di dapat diuapkan , dan dipantau menggunakan KLT dibawah lampu UV 254 dan 365
nm serta penampak bercak uap amoniak dan
larutanAlCl3 5% ( dalam etanol ).
Fraksi
etil asetat tersebut ditelaah kandungan kimianya menggunakan KLT dengan
berbagai eluen yang berbeda dan menggunakan metode KLT dua dimensi . bila
diketahui hanya terdapat satu noda , dikatakan bahwa etil asetat adalah isaolat
murni.
2.2.2.4 Karakteristik
isolat Flavonoid
Isolat
flavonoid hasil isolasi dikarakterisasi menggunakan UV-Vis dengan penambahan
pereaksi geser ( Markham), infra Red, 1H-NMR dan 13C-NMR.
2.2.3 Hasil dan Pembahasan
2.2.3.1 Preparasi dan Ekstraksi Sampel
Kulit
Batang tumbuhan Terminalia muelleri Benth.
Dibersihkan , dikeringkan dan dijadikan serbuk.
Sebanyak
500 gram serbuk kuit batang Terminalia
muelleri Benth. Dinfudasi selama 15 menit menggunakan penyaring air
kemudian disaringdan dihasilkan larutan yang berwarna cokelat tua. Ekstrak air
dikeringkan menggunakan Freezdryer dan
didaptkan serbuk ekstrak berwarna cokelat sebanyak 14 %.
2.2.3.2 Penapisan
Fitokimia
Serbuk
kulit batang tumbuhan Terminalia muelleri
Benth. Diuji kandungan metabolit sekundernya dengan menggunakan penapisan
fitokimia yang meliputi alkaloid , flavanoid, saponin, kuinon, tanin, sterol,
dan Terpenoid ( Franworth ,1966). Haisl penapisan fitokimia serbuk kulit batang
Tumbuhan Terminalia muelleri Benth.ditunjuakan
pada tabel 1
Tabel 1 .
Hasil penapisan Fitokimia sktrakair
kulit batang Terminalia muelleri Benth
Hasil
penapisan fitokimia memperlihatkan bahwa ekstrak air kulit batang Terminalia muelleri Benth.diduga
mengandung senyawa Flavonoid golongan Flavonol.
Flavonol yang direaksikan dengan asam mineral akan menghasilkan garam
benzopirilium yang berwarna merah ( Achmad, 1986). Reaksi yang terjadi
ditunjukan pada gambar 2
Gambar 2 .
Reaksi Pembutukan Garam Flvilium ( Achmad ,1986)
2.2.3.3 Isolasi senyawa
flavonoid
Serbuk
ekstrak air dipisahkan menggunakan metode kromatografi kolom dengan fase diam
sphadex LH-20 dan fase gerak dengan sistem gradien kepolaran menurun. Fase
gerak yang digunakan adalah air-metanol dengan perbandingan (9:1) , (8:2),
(7:3), ( 6:4) ,(5:5),(4:6), (3:7), (2:8),
(1:9) dan (0:10).eluat dari masing-masing perbandingan pelarut ditampung
sebanyak 25 ml kedalam 12 botol Vial,
sehingga didapatkan fraksi total sebanyak 120 botol vial . fraksi –fraksi yang
didapatkan, dianalisis menggunakan kromatrografi lapis tipis ( KLT ) dengan
pengembang ( etil asetat : asam format : metanol = 18 :1: 1) dan panampak
bercak AlCl3 5 % ( dalam etanol).
Berdasarkan
pemantauan KLT , fraksi vial ke 1 -35 diketahui banyak mengandung flavonoid
serta memiliki Rf dan noda yang sama dan ditunjukan pada gambar 3 . selanjutnya berdasarkan hasil pemantauan
KLT , fraksi vial ke 1-35 diketahui banyak mengandung flavonoid serta memilki
Rf , warna dan pola noda yang sama dan ditunjukan pada gambar 3.. selanjutnya berdasarkan
hasil pengamatan menggunkan KLT diketahhui bahwa fraksi vial 1-35 digabung dan
dipekatkan.
Gambar 3. Profil KLT vialke 1-35 Hasil kromatrografi
kolom ekstrak air kulit batang Terminalia muelleri Benth.
Keterangan
noda :
1. Berwarna
kuning (Rf : 0,83)
2. Berwarna
Biru kehijauan ( Rf: 0,6)
3. Berwarna
biru terang (Rf:0,5) dan
4. Berwarna
kuning kecoklatan (Rf: 0,12)
Fraksi
pekat yang diperoleh dihidrolisis menggunakan asam klorida 2 M dan diekstraksi
menggunakan etil asetat. Lapisan etil astetat yang didapatkan disebut sebagai
fraksi etil asetat . fraksi etil asetat tersebut ditelaah kandungan kimianya menggunakan
KLT silika gel dan penampak bercak AlCl3 5 % dengan berbagai pengembang yang berbeda yaitu
kloroform-etil asetat (6:4) Rf :0,3 ;
metanol –heksana (7:3) Rf: 0,9 dan etanol-aseton ( 1:1) Rf : 0,6 . analisis menggunkan
KLT 2 dimensi dengan pengembang kloroform- etil asetat (6:4 ) dan etanol-
heksana (7:3) juga menunjukkan adanya 1 noda , sehingga dapat dipastikan bahwa fraksi
etil asetat tersebut isolat flavonoid dan berupa serbuk kuning dengan rendemen
0,2 % serta memiliki titik lebur 306-307,5o‑C .
2.2.3.4 Karakterisasi
isolat flavonoid
Isolat
flavonoid dikarakterisasi menggunakan IR, UV Vis dengan pereaksi geser, 1H-NMR dan
C-NMR. Berdasarkan hasil analisis isolat flavonoid dengan menggunakan IR
diketahui bahwa isolat murni flavonoid hasil isolasi gugus fungsi –OH stretch
(3387 cm-1 ; 3309,85 cm-1) , = C-H aromatik stretch (3100
cm-1), C-H alifatik sterch (2970,38 cm-1 ; 2931,80 cm-1
, C=O (1612,49 cm-1), C=C aromatik (1512,19 cm-1),
C-H alifatik benth (1427,32 cm-1), C-O-C (1234,44 cm-1),
C-H keluar bidang (933,98 cm-1 ) dan benzena tersubtitusi (810,10 ; 786,96 cm-1) .Spektra IR
isolat flavonoid tersebut ditunjukkan pada gambar 4.
Gambar 4.
Spekturm IR isolat murni flavonoid.
Berdasarkan
data IR dapat disimpukan bahwa isolat tersebut memiliki gugus fungsi yang lazim
ditemukan pada senyawa flavonoid. Selanjutnya untu k mengetahui jenis flavonoid
isolat tersebut dilakukan karakterisasi dan elusidasi menggunakan
spektrofotometer UV-Vis.
Berdasarkan
data UV-Vis diketahui bahwa terdapat 2 serapan cahaya maksimum yaitu pada
panjang gelombang 256,5 nm (pita 2) dan 373,0 nm (pita 1) yang diketahui
sebagai flavonoid golongan flavonol dengan 3-OH bebas ( Markham,1988).
Penambahan
pereaksi geser pada isolat murni flavonoid bertujuan untuk mengetahui letak gugus
hidroksi pada flavonoid. Reaksi geser yang digunakan antara lain : Natrium
Hidroksida (NaOH),Alumunium Klorida (AlCl3),Asam Klorida (HCl),
Natrium Asetat ( NaOAc) dan Asam Borat ( H3BO3).
Pergeseran yang terjadi serta penafsirannya ditunjukkan pada tabel 2.
Pelarut/Pereaksi
|
λ maks (nm)
Pita 1 Pita 2
|
Pergeseran
(nm)
Pita 1 dan
Pita 2
|
|
MeOH
NaOH
NaOH 5 menit
AlCl3
AlCl3
+ HCl
NaOAc
NaOAc+
H3BO3
|
373 256,5
330 -
327,5 220
454 273
327,5 220
380,5
257,5
389
260,5
|
-
-
-43 -
-45,5 -36,5
+81 +27
-45,5 -36,5
+7,5 +1
|
Flavonol 3- OH
3,4’- di OH
Penguraian
Penafsiran 3 – dan 5 – OH serta
o-OH pada cincin B
o-OH pada cincin B
7-OH
o-OH pada cincin B
|
Berdasarkan
data hasil analisis menggunakan IR dan UV dihipotesiskan senyawa flavonoid yang
berhasil diisolasi dari kulit batang Terminalia
muelleri adalah 3,5,7,3’,4’ pentahidroksiflavon.
Data
spektra 1H-NMR isolat flavonoid dalam pelarut metanol menunjukkan
adanya pergeseran kimia dari proton-proton pada isolat flavonoid, dan
menunjukkan 2 resonansi yang berbeda. Yaitu 6,18 ( 1H,d, J=1,95 Hz ; H-6) ;
6,39 (1H,d,J=2,6Hz ; H-8) ; 6,89 (1H,d, J=8,45 Hz ; H-2’) ; 7,63(1H,d, J=8,4 Hz
; H-5’); dan 7,73 (1H,d, J=1,95 Hz ; H-6’). Spektra 1H-NMR isolat
flavonoid tersebut ditunjukkan pada gambar 5.
Gambar 5. Spektra 1H-NMR
isolat flavonoid.
Data
spektra menggunakan spektrofotometer 13C-NMR dalam pelarut metanol
diketahui bahwa isolat flavonoid memiliki pergeseran kimia atom karbon 148,8607
ppm ( C-2) ; 137,3479 ppm ( C-3) ;177,4376 ppm ( C-4); 162,6245 ppm (C-5) ;
99,3090 ppm ( C-6) ; 165,6673 ppm ( C-7) ; 94,4731 ppm (C-8) ; 158,3132 ppm
(C-9) ; 104,628 ppm (C-10) ; 124,2327 ppm (C-2’) ; 116,0583 ppm (C-3’) ;
146,3235 ppm (C-4’) ; 148,0690 ppm (C-5’) dan 116,2968 ppm (C-6’). Spektra 13C-NMR
ditunjukkan pada gambar 6.
Gambar 6. Spektra
13C-NMR isolat flavonoid
Berdasarkan data
analisis IR,UV-Vis, 1H-NMR dan 13C-NMR dipastikan isolat
adalah isolat kuersetin
Gambar 7. Struktur
senyawa Kuersetin)
BAB
III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Telah
berhasil diisolasi senyawa flavonoid dari ekstrak air kulit batang Terminalia muelleri Benth. Berupa serbuk
berwarna kuning dengan rendemen 0,2 % dan memiliki titik lebur 306-307,5 0C.
Karakterisasi isolat yang dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer
UV-Vis,IR,serta 1H-NMR dan 13C-NMR menunjukkan bahwa
isolat tersebut adalah kuersetin. Kuersetin hasil isolasi memiliki aktivitas .
3.2.
SARAN
Sebaiknya dilakukan penelitian yang
memvariasikan pelarut lain selain pelarut air.
DAFTAR
PUSTAKA
Achmad
,S. A . 1986. Buku materi pokok kimia
organik bahan alam. Karunika jakarta Universitas Terbuka, Jakarta.
Anonim,
1986. Sediaan Galenik. . Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Aziz,
A. C.B . 2010. Spektroskopi Resonansi
Magnetik Inti ( NMR).Makasar.
Cook,
N. C. and S. Samman. 1996. Review
Flavonoids-Chemistry, Metabolism, Cardioprotective Effect, And Dietary Sources.
J. Nutr. Biochem .7: 66-76.
Cuppett,
S., M. Schrepf and C. Hall III. 1954. Natural Antioxidant – Are They Reality
Dalam Foreidoon Shahidi: Natural
Antioxidants, Chemistry, Health Effect and Applications. AOCS Press,
Champaign, Illinois: 12-24.
Geisman
, T. A. 1962. The Chemistry of Flavonoid
Compounds .The Macmillan Company, New
York
Madhavi,
D.L., R.S. Singhal, P.R. Kulkarni. 1985. Technological Aspects of Food
Antioxidants dalam D.L. Madhavi, S.S. Deshpande dan D.K. Salunkhe: Food
Antioxidant, Technological, Toxilogical and Health Perspectives. Marcel
Dekker Inc. Hongkong: 161-265
Markham,
K. R. 1988. cara mengidentifikasi
flavonoida . Terjemahan Kosasih
Padmawinata.ITB. Bandung.
Maslarova,
N dan V. Yanishlieva. 2001. Inhibiting oxidation dalam Jan Pokorny, Nedyalka Yanislieva dan Michael Gordon: Antioxidants in food, Practical applications.
Woodhead Publishing Limited, Cambridge: 22-70
Muchtadi, T. R. dan Sugiono. 1992. Ilmu Pengetahuan
Bahan Pangan . Depertament Pendidikan dan Kebudayaan . Direktorat jendral
tinggi pusat antar universitas pangan dan gizi. Institute Pertanian Bogor.
Bogor..
Rajalakshmi,
D dan S. Narasimhan. (1985). Food Antioxidants: Sources and Methods of
Evaluation dalam D.L. Madhavi: Food Antioxidant, Technological, Toxilogical
and Health Perspectives. Marcel Dekker Inc., Hongkong: 76-77.
Suryanto,
E. 2012. Fitokimia Antioksidan.
Putra Media Nusantara (PMN). Surabaya.
White,
P.J. and Y. Xing. (1954). Antioxidants from Cereals and Legumes dalam
Foreidoon Shahidi: Natural Antioxidants, Chemistry, Health Effect and
Applications. AOCS Press, Champaign, Illinois: 25-63
Yuniati,W.
W., K. Anam dan D. Kusrini . Isolasi , Karakteristik dan Uji Aktivitas
Antioksidan Flavonoid dari Ekstrak Air Kulit Batang Ketapang Kencana (Terminalia muelleri Benth ) . Jurnal Sains dan Matematika . 20(3)
:71-76.
Games | Paddy Power Online Casino | CasinoGames.com
BalasHapusPaddy Power casino 카지노 사이트 review and bonus offer · Choose Paddy Power Casino from a selection of top games. · Browse games on Paddy Power's list of Paddy Power Casino