Total Tayangan Halaman

Senin, 19 September 2016

Flavonoid


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Senyawa flavonoid adalah senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom karbon yang tersusun dalam konfigurasi C 6 -C 3 -C 6 , yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh 3 atom karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga.  Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan hijau sehingga dapat ditemukan pada setiap ekstrak tumbuhan (Markham, 1988).
Flavonoid adalah senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan banyak tanaman . Flavonoid banyak terdapat secara luas dalam sayuran dan buah-buahan sebagai glikosidan dan aglikon. Struktur dasar flavonoid mempunyai sebuah inti flavan (2-fenil-benzo-ϒ- pyran) yang terdiri dari 2 cincin benzena ( A dan B) dikombinasikan dengan sebuah atom oksigen pada cincin C pyran (Suryanto, 2012).
Penelitian farmakologi terhadap senyawa flavonoid menunjukkan bahwa beberapa senyawa golongan flavonoid memperlihatkan aktivitas seperti antifungi, diuretik, antihistamin, antihipertensi, insektisida, bakterisida, antivirus dan menghambat kerja enzim (Geissman, 1962).
Flavonoid merupakan kandungan khas tumbuhan hijau dan salah satu senyawa aktif yang menjadi penelitian dalam mengembangkan obat tradisional Indonesia. Hal penting dari penyebaran flavonoid dalam tumbuhan adalah adanya kecenderungan kuat bahwa tumbuhan yang secara taksonomi berkaitan akan menghasilkan flavonoid yang jenisnya serupa. Jadi informasi tumbuhan yang diteliti seringkali didapatkan dengan melihat pustaka mengenai flavonoid terdahulu dalam tumbuhan yang berkaitan, misalnya dari marga atau suku yang sama (Markham, 1988).
Salah satu tumbuhan yag mengandung senyawa flavonoid adalah tumbuhan Ketapang kencana (Terminalia muelleri Benth).  Tanaman ini berasal dari Australia dan terbesar secara luas didaerah tropis seperti india, inndonesia, Malysia, New Guini, dan Amerika Utara ( Yuniati et al, 2012).
Kandungan kimia (Terminalia muelleri Benth). belum banyak diketahui sejauh ini yang dilaporkan adalah ekstrak buah dan daun (Terminalia muelleri Benth). Tanaman ini memiliki aktivitas antioksidan dan senyawa yang bertangung jawab atas aktivitas tersebut adalah asam elagat.  Hasil penelitian lainnya juga melaporkan bahwa ekstrak heksana, etil asetat dan metanol dari daun  (Terminalia muelleri Benth) bersifat sebagai antimikroba dan senyawa yang bertanggung jawab sebagai antimikrroba dari ekstrak etil asetat daun (Terminalia muelleri Benth) adalah asam galat (Yuniati et al, 2012).
Berbagai jenis senyawa, kandungan dan aktivitas antioksidatif flavonoid sebagai salah satu kelompok antioksidan alami yang terdapat pada sereal, sayur-sayuran dan buah, telah banyak dipublikasikan. Flavonoid berperan sebagai antioksidan dengan cara mendonasikan atom hidrogennya (Cuppett et al.,1954).

1.2   RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan suatau permasalahan sebagai berikut :
1.      Bagaimana cara menganalisis  senyawa flavonoid dengan mengisolasi dan mengidentifikasi menggunakan Kromatografi lapis lipis , kromatografi kolom dan Spektrofotometri Uv-Vis, IR, H-NMR dan C-NMR.
1.3  TUJUAN
1.      Penelitian ini bertujuan mengisolasi dan mengidentifikasi kandungan flavonoid dari tumbuhan Ketapang kencana (Terminalia muelleri Benth). Dengan menggunakan metode Kromatofrafi lapis lipis , kromatografi kolom dan Spektrofotometri Uv-Vis, IR, H-NMR dan C-NMR




BAB II
ISI

2.1.  TINJAUAN PUSTAKA
Ketapang kencana (Terminalia muelleri Benth.), berasal dari Australia keluarga Combretaceae. Tanaman ini tersebar di berbagai negara yaitu India, Indonesia dan Amerika Utara Ekstrak Terminalia ini dapat berfungsi sebagai antifungi, antikanker, antioksidan dan penghambat glukosidase ( Ariyanti, 2013).

ketapang kencana                   
Gambar : Tumbuan  Ketapang Kencana (Terminalia muelleri )

Klasifikasi Tanaman Ketapang Kencana (Terminalia muelleri )
 Kingdom      : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
  : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi
   : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
             : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
              : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas
      : Rosidae
Ordo
              : Myrtales
Famili
             : Combretaceae
Genus
                        : Terminalia
Spesies
           Terminalia muelleri Benth
Kandungan kimia pada tanaman T. muelleri belum banyak dilaporkan, namun kandungan kimia dan uji aktivitas dari genus T erminalia telah banyak dilaporkan. Daun Terminalia muelleri Benth dilaporkan memiliki sifat antibakteri (Ariyanti, 2013).

            Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder yang paling banyak ditemukan di dalam jaringan tanaman (Rajalakshmi dan S. Narasimhan, 1985). Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa phenolik dengan struktur kimia C6-C3-C6 (White dan Y. Xing, 1954; Madhavi et al., 1985; Maslarova, 2001) (Gambar 1). Kerangka flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik A, satu cincin aromatik B, dan cincin tengah berupa heterosiklik yang mengandung oksigen dan bentuk teroksidasi cincin ini dijadikan dasar pembagian flavonoid ke dalam sub-sub kelompoknya . Sistem penomoran digunakan untuk membedakan posisi karbon di sekitar molekulnya (Cook dan S. Samman, 1996).

 Gambar 1. Kerangka Flavonoid
Perbedaan dalam subtitusi terhadap cincin C menentukan perbedaan golongan flavonoid . fokus yang utama dalam flavonoid adalah golongan flavonol, flavon, flavanon, dihidroflavonol, flavanol, isoflavon dan antosianidin. Karena keenam golongan senyawa tersebut secara umum yang paling banyak ditemukan sebagai antioksidan yang berasal dari tumbuhan  ( Suryanto, 2012).
Flavonol mengandung sebuah gugus keto pada posisi 4 dalam cincin C dengan OH pada posisi 3.beberapa senyawa flavonoid yang dapat digolongkan flavonol adalah kuersetin, kaempferol, myricetin, morin, fisetin, dan rutin ( Suryanto, 2012).
Struktur Flavon mempunyai kerangka sama dengan struktur flavonol, tetapi tidak mempunyai OH pada posisi 3 . senyawa yang termasukgolongan flavon adalah apigenin, chrysin, luteolin, vrisiliol, dan primuletin ( Suryanto, 2012).
Struktur Flavanon tidak mempunyai rangkap pada  C2-C3  dan gugus OH pada posisi. Beberapa senyawa yang termasuk flavanon adalah naringenin, naringin, hesperitin, hesperidin, eriodictyol dan isosakuranetin ( Suryanto, 2012).
Kalkon termasuk senyawa flavonoid dan merupakan prekursor alam dari flavon dan flavannon sangat mudah tersiklisasi dibawah kondisi asam.Kalkon mempunyai struktur yang berbeda dengan kerangka flavonoid lainnya terutama pada cinicin pusat pyran adlah terbuka. Kalkonn mempunyai gugs OH pada posisi 2. Beberapa senyawa yanag termasuk kalkon adlaah butein dan okanin ( Suryanto, 2012).
Struktur Flavanonol ataudihidroflavon mempunyai struktur yang sama dengan flavanon, tetapi mempunyai gugus OH pada posisi 3.beberapa senyawa yang termasuk flavanonol atas dihidroflavon adalah taxifolin , fustin, eugelitin, dan astilbin ( Suryanto, 2012).
Isoflavonoid memiliki perbedaan dengan kelompok flavonoid lainnya dalam penataan ulang kerangka C15  yang berdasarkan pada 3-fenilkromon.beberapa senyawa yang termasuk isoflavon adalah genistein, genistin, diaidzein, biochanin A, glicitein, gliciitin, dan formononetin ( Suryanto, 2012).
Flavonoid yang memiliki rantai C3 jenuh dengan gugus hidroksil dikenal sebagai flavanol. Kelompok yang termasuk flavanol adalah Flavan-3,4-diol dan flavan-3-ol ( Suryanto, 2012).
Antosianin merupakan pigmen yang dapat larut dalam air, spesies yang berlimpah pada tanaman. Banyak antosianin ditemukan dialam merupakan bentuk glikosida pelargonidin, cyanidin, peonidin, delphinidin, petunidin, dan malvidin ( Suryanto, 2012).
Sifat Kimia dan Fisik Senyawa Flavanoid
Flavonoid merupakan senyawa polifenol sehingga bersifat kimia senyawa fenol yaitu agak asam dan dapat larut dalam basa, dan karena merupakan senyawa polihidroksi (gugus hidroksil) maka juga bersifat polar sehingga dapat larut dalan pelarut polar seperti methanol (MeOH), etanol (EtOH) , aseton, air, butanol (BuOH), dimetilsulfoksida (DMSO), dimetilformamida (DMF). Dll. disamping itu dengan adanya gugus glikosida yang terikat pada gugus flavonoid sehingga cenderung menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru, dan sebagai zat berwarna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan ( Markham,1988).
Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam air.. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah bila ditambah basa atau amonia, jadi mudah dideteksi pada kromatogram atau dalam larutan ( Markham,1988).
Sifat kelarutan Flavonoid, Adanya gula yang terikat pada flavonoid (bentuk umum yang ditemukan) cenderung menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air dan dengan demikian campuran pelarut di atas dengan air merupakan pelarut yang baik untuk glikosida. Sebaliknya, aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon, dan flavon serta flavonol yang termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform (Markham, 1988).
 Kelarutan flavonoid antara lain :
1. Flavonoid polimetil atau polimetoksi larut dalam heksan, petroleum eter (PE), kloroform, eter, etil asetat, dan etanol. Contoh: sinersetin (nonpolar).
2. Aglikon flavonoid polihidroksi tidak larut dalam heksan, PE dan kloroform; larut dalam eter, etil asetat dan etanol; dan sedikit larut dalam air. Contoh: kuersetin (semipolar).
3. Glikosida flavonoid tidak larut dalam heksan, PE, kloroform, eter; sedikit larut dalam etil asetat dan etanol; serta sangat larut dalam air. Contoh: rutin.

Infudasi adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia dengan air pada suhu 900C selama 15 menit. Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam (Anonim, 1986).
Freezdreyer adalah metode pengeringan beku dimana bahan yang akan dikeringkan dibekukan terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan pengerigan mengunakan tekanan rendah sehingga kandungan air yang sudah menjadi es akan langsung menjadi uap yang dikenal dengan istilah sublimasi. Pengeringan menggunakan alat Freezdreyer lebih baik dibandingkan dengan oven karena kadar airnya  lebih rendah. Pengeringan menggunakan alat Freezdreyer lebih  aman terhadap resiko teradinya degradasi senyawa dalam estrak (Muchtadi, 1992).
Pengoperasian alat adalah ekstrak cairan atau ekstrak kental yang telah dibekukan dalam lemari es selama minimal 24 jam, dimasukan dalam Freezdreyer. Kemudian alat disetting dengan sesuai yang diingginkan. Oleh Vakum kuma alat tersebut akan menyedot solven yang telah beku ( freeze) menjadi uap . Prinsip kerja alat ini adalah menggubah fase padat menjadi fase gas. (Muchtadi, 1992).
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu fasa tetap (stationary) dan fasa gerak (mobile), pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari dua fasa tersebut. Kromatografi secara garis besar dapat dibedakan menjadi kromatografi kolom dankromatografi planar. Kromatografi kolom terdiri atas kromatografi gas dan kromatografi cair, sedangkan kromatografi planar terdiri atas kromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas (Anonim, 1986).

Kromatografi lapis tipis digunakan pada pemisahan zat secara cepat, dengan menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus yang dilapiskan serba rata pada lempeng kaca. Kromatografi lapis tipis dengan penyerap penukar ion dapat digunakan untuk pemisahan senyawa polar. Perkiraan identifikasi diperoleh dengan pengamatan 2 bercak dengan harga Rf dan ukuran yang lebih kurang sama (Anonim, 1986).
Kromatografi kolom adalah suatu metode pemisahan dan pemurnian senyawa dalam skala preparative. Kromatografi kolom dapat dilakukan pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan lebih besar dengan menggunakan bantuan tekananluar (Anonim, 1986).
Spektrofotometri serapan ultraviolet dan serapan tampak barangkali merupakan cara tunggal yang paling berguna untuk menganalisis struktur flavonoid. Spektrum flavonoid biasanya ditentukan dalam larutan dengan pelarut metanol atau etanol (EtOH), meski perlu diingat bahwa spektrum yang dihasilkan dalam etanol kurang memuaskan. Spektrum khas terdiri atas dua maksimal pada rentang 240–285 nm (pita II) dan 300–550 nm (pita I) (Markham, 1988).
Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisisspektroskopik yang memakai seumber REM (Radiasi elektromagnetik) ultraviolet dekat ( 190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm ) dengan memakai instrumen spektrofotometer ( Anonim, 2007)
Spektrum inframerah ditemukan secara luas untuk aplikasi analisis kualitatif dan kuantitatif . penggunaan tunggal ini penting untuk mengidentiifikasi senyawa organik yang  umumnya lengkap dari suatu spectra dan menghasilkan angka maksimal dan minimal yang biasany untuk tujuan perbandingan ( Douglas , 1985).penggunaan spektrum inframerah unntuk penentuan struktur senyawa organik biasanya antara 650-4000 cm-1 . kurva hubungan antara transmitan dengan panjang gelombang atau bilangan gelombang atau bilangan gelombang dan inilah yang disebut spektrum inframerah ( Muzakkir, 2012 ).
Spektroskopi NMR proton merupakan sarana untuk menentukan struktur senyawa organik dengan mengukur momen magnet atom hidrogen. Pada kebanyakan senyawa ,atom hidrogen terikat pada gugus yang berlainan dan spektrum NMR proton merupakan rekaman sejumlah atom hidrogen yang berada dalam lingkungan yang berlainan.Spektroskopi NMR dapat digunakan sebagai alat sidik jari dan juga memberikan keterangann tentang jumlah setiap tipe hidrogen (Aziz, 2010)
Sinyal dari atom C13 dalam alat NMR dapat dideteksi karena adanya sejumlah kecil atom karbon C-13 bersama-sama . momen magnet yang dihasilkan oleh 13C lebih kecil , bila dibandingkan dengan momen magnet proton, berarti sinyalnya jauh lebih lemah (Aziz, 2010).

2.2   METODOLOGI PENELITIAN
2.2.1 Bahan dan Alat
 2.2.1.1 Bahan
 Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit batang tumbuhan Terminalia muelleri Benth , SphadexTM  LH-20 (GE 17-0090-01), plat KLT silika gel F60 ( Merck-05554), kloroform ( Merck),n-heksana (Merck), metanol ( merck), aseton ( Merck), amoniak 25 % ( Merck), alumunium klorida (AlCl3) (Merck) , natrium asetat ( NaOAc) ( Merck), Asam Borat (H3BO3) ( Merck) , asam klorida ( HCl) pekat ( Merck), natrium hidroksida ( NaOH )( Merck) serta DPPH ( Merck).
2.2.1.2 Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah erlenmeyer 1 L  , Botol Vial 25 ml,corong gelas, Cawan Penguap, Pipiet Tetes, Labu ukur 25 ml, kompor listrik, Neraca Analitik ( Kern-870 ), Chamber  Kromatografi Lapis Tipis ( KLT) , Tabung Kromatografi Kolom, pengering Freezdryer ( EYELA D50 ) , kampu UV ( Spectroline ENF- 24/ F), spektrum meter UV Vis ( Shimatzu -1601) , spektrometer IR (Shimatzu tipe Prestige-21 ) dengan Pelet KBR , serta 1H-NMR dan 13C-NMR ( JOL Delta 2-500 MHz).



2.2.2 Prosedur Kerja
2.2.2.1 Preparasi dan Ekstraksi Sampel
Kulit batang  Tumbuhan  Terminalia muelleri Benth diperoleh dan dideterminasi di pusat konservasi tumbuhan kebun raya bogor, kulit batang tersebut dibersihkan dari pengotornya, dikeringkan pada suhu kamar dan dijadikan serbuk menggunakan blender. 
Sebanyak 500 gram serbuk kulit batang tumbuhan Terminalia muelleri Benth, diekstraksi dengan metode infudasi menggunakan pelarut aquades , disaring dan dipisahkan dari ampasnya. Filtrat yang didapatkan , diuapkan pelarutnya menggunakna Freezdryer sehingga didapatkan serbuk ekstrak air kering.
2.2.2.2 Penapisan Fitokimia serbuk ekstrak air
Serbuk ekstrak air  kilit batang tumbuhan Terminalia muelleri Benth, diuji kandungan kimianya dengan cara penapisan fitokimia meliputi alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, kuinon, sterol, dan terpenoid menggunakan metode yang dikembangkan oleh Fransworth ( 1966).
2.2.2.3 Isolasi Senyawa Flavonoid
Serbuk ekstrak air yang positif mengandung flavonoid dipisahkan dengan menggunakan metode kromatrografi kolom dengan fasa diam sphadex LH-20 serta fasa gerak air metanol dengan menggunakan sistem gradien perbandingan kepolaran pelarut menurun .
Fraksi –fraksi yang menunjukan warna dan pola noda serta Rf  yang sama berdasarkan hasil pemantauan KLT, digabung dan ditentukan fraksi yang banyak mengandung flavonoid kemudian dipekatkan dan dihidrolisis menggunakan asam klorida (HCl) diekstraksi dengan etil asetat dan dipisahkan menggunakan corong pisah . lapisan etil asetat yang di dapat diuapkan , dan dipantau menggunakan KLT dibawah lampu UV 254 dan 365 nm serta penampak bercak uap amoniak  dan larutanAlCl3 5% ( dalam etanol ). 
Fraksi etil asetat tersebut ditelaah kandungan kimianya menggunakan KLT dengan berbagai eluen yang berbeda dan menggunakan metode KLT dua dimensi . bila diketahui hanya terdapat satu noda , dikatakan bahwa etil asetat adalah isaolat murni.
2.2.2.4 Karakteristik isolat Flavonoid
Isolat flavonoid hasil isolasi dikarakterisasi menggunakan UV-Vis dengan penambahan pereaksi geser ( Markham), infra Red, 1H-NMR dan 13C-NMR.

2.2.3 Hasil dan Pembahasan
2.2.3.1 Preparasi dan Ekstraksi Sampel
Kulit Batang tumbuhan Terminalia muelleri Benth. Dibersihkan , dikeringkan dan dijadikan serbuk.
Sebanyak 500 gram serbuk kuit batang  Terminalia muelleri Benth. Dinfudasi selama 15 menit menggunakan penyaring air kemudian disaringdan dihasilkan larutan yang berwarna cokelat tua. Ekstrak air dikeringkan menggunakan  Freezdryer dan didaptkan serbuk ekstrak berwarna cokelat sebanyak 14 %.
2.2.3.2 Penapisan Fitokimia
Serbuk kulit batang tumbuhan Terminalia muelleri Benth. Diuji kandungan metabolit sekundernya dengan menggunakan penapisan fitokimia yang meliputi alkaloid , flavanoid, saponin, kuinon, tanin, sterol, dan Terpenoid ( Franworth ,1966). Haisl penapisan fitokimia serbuk kulit batang Tumbuhan Terminalia muelleri Benth.ditunjuakan pada tabel 1



Tabel 1 . Hasil  penapisan Fitokimia sktrakair kulit batang Terminalia muelleri Benth
Hasil penapisan fitokimia memperlihatkan bahwa ekstrak air kulit batang Terminalia muelleri Benth.diduga mengandung senyawa Flavonoid golongan Flavonol.  Flavonol yang direaksikan dengan asam mineral akan menghasilkan garam benzopirilium yang berwarna merah ( Achmad, 1986). Reaksi yang terjadi ditunjukan pada gambar 2
Gambar 2 . Reaksi Pembutukan Garam Flvilium ( Achmad ,1986)
2.2.3.3 Isolasi senyawa flavonoid
Serbuk ekstrak air dipisahkan menggunakan metode kromatografi kolom dengan fase diam sphadex LH-20 dan fase gerak dengan sistem gradien kepolaran menurun.   Fase gerak yang digunakan adalah air-metanol dengan perbandingan (9:1) , (8:2), (7:3), ( 6:4) ,(5:5),(4:6), (3:7), (2:8),  (1:9) dan (0:10).eluat dari masing-masing perbandingan pelarut ditampung sebanyak 25 ml kedalam 12  botol Vial, sehingga didapatkan fraksi total sebanyak 120 botol vial . fraksi –fraksi yang didapatkan, dianalisis menggunakan kromatrografi lapis tipis ( KLT ) dengan pengembang ( etil asetat : asam format : metanol = 18 :1: 1) dan panampak bercak AlCl3 5 % ( dalam etanol).
Berdasarkan pemantauan KLT , fraksi vial ke 1 -35 diketahui banyak mengandung flavonoid serta memiliki Rf dan noda yang sama dan ditunjukan pada gambar 3  . selanjutnya berdasarkan hasil pemantauan KLT , fraksi vial ke 1-35 diketahui banyak mengandung flavonoid serta memilki Rf , warna dan pola noda yang sama dan ditunjukan pada gambar 3.. selanjutnya berdasarkan hasil pengamatan menggunkan KLT diketahhui bahwa fraksi vial 1-35 digabung dan dipekatkan.
Gambar 3.  Profil KLT vialke 1-35 Hasil kromatrografi kolom ekstrak air kulit batang  Terminalia muelleri Benth.
Keterangan noda :
1.      Berwarna kuning (Rf : 0,83)
2.      Berwarna Biru kehijauan ( Rf: 0,6)
3.      Berwarna biru terang (Rf:0,5) dan
4.      Berwarna kuning kecoklatan (Rf: 0,12)
Fraksi pekat yang diperoleh dihidrolisis menggunakan asam klorida 2 M dan diekstraksi menggunakan etil asetat. Lapisan etil astetat yang didapatkan disebut sebagai fraksi etil asetat . fraksi etil asetat tersebut ditelaah kandungan kimianya menggunakan KLT silika gel dan penampak bercak AlCl3 5 %  dengan berbagai pengembang yang berbeda yaitu kloroform-etil asetat  (6:4) Rf :0,3 ; metanol –heksana (7:3) Rf: 0,9 dan etanol-aseton ( 1:1) Rf : 0,6 . analisis menggunkan KLT 2 dimensi dengan pengembang kloroform- etil asetat (6:4 ) dan etanol- heksana (7:3) juga menunjukkan adanya 1 noda , sehingga dapat dipastikan bahwa fraksi etil asetat tersebut isolat flavonoid dan berupa serbuk kuning dengan rendemen 0,2 % serta memiliki titik lebur 306-307,5o‑C .
2.2.3.4 Karakterisasi isolat flavonoid
Isolat flavonoid dikarakterisasi menggunakan IR, UV Vis  dengan pereaksi geser, 1H-NMR dan C-NMR. Berdasarkan hasil analisis isolat flavonoid dengan menggunakan IR diketahui bahwa isolat murni flavonoid hasil isolasi gugus fungsi –OH stretch (3387 cm-1 ; 3309,85 cm-1) , = C-H aromatik stretch (3100 cm-1), C-H alifatik sterch (2970,38 cm-1 ; 2931,80 cm-1 , C=O (1612,49 cm-1), C=C aromatik (1512,19 cm-1), C-H alifatik benth (1427,32 cm-1), C-O-C (1234,44 cm-1), C-H keluar bidang (933,98 cm-1 ) dan benzena tersubtitusi  (810,10 ; 786,96 cm-1) .Spektra IR isolat flavonoid tersebut ditunjukkan pada gambar 4.

Gambar 4. Spekturm IR isolat murni flavonoid.
Berdasarkan data IR dapat disimpukan bahwa isolat tersebut memiliki gugus fungsi yang lazim ditemukan pada senyawa flavonoid. Selanjutnya untu k mengetahui jenis flavonoid isolat tersebut dilakukan karakterisasi dan elusidasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
Berdasarkan data UV-Vis diketahui bahwa terdapat 2 serapan cahaya maksimum yaitu pada panjang gelombang 256,5 nm (pita 2) dan 373,0 nm (pita 1) yang diketahui sebagai flavonoid golongan flavonol dengan 3-OH bebas ( Markham,1988).
Penambahan pereaksi geser pada isolat murni flavonoid bertujuan untuk mengetahui letak gugus hidroksi pada flavonoid. Reaksi geser yang digunakan antara lain : Natrium Hidroksida (NaOH),Alumunium Klorida (AlCl3),Asam Klorida (HCl), Natrium Asetat ( NaOAc) dan Asam Borat ( H3BO3). Pergeseran yang terjadi serta penafsirannya ditunjukkan pada tabel 2.
Pelarut/Pereaksi
λ maks (nm)
Pita 1  Pita 2
Pergeseran (nm)
Pita 1 dan Pita 2
      Penafsiran
MeOH
NaOH
NaOH 5 menit
AlCl3
AlCl3 + HCl

NaOAc

NaOAc+
H3BO3
373       256,5  
330       -
327,5    220
454       273
327,5    220
380,5
257,5

389
260,5
-                 -
-43        -
-45,5     -36,5
+81       +27
-45,5     -36,5
+7,5      +1

Flavonol 3- OH
3,4’- di OH
Penguraian
Penafsiran 3 – dan 5 – OH serta
o-OH pada cincin B

o-OH pada cincin B
7-OH
o-OH pada cincin B



Berdasarkan data hasil analisis menggunakan IR dan UV dihipotesiskan senyawa flavonoid yang berhasil diisolasi dari kulit batang Terminalia muelleri adalah 3,5,7,3’,4’ pentahidroksiflavon.
Data spektra 1H-NMR isolat flavonoid dalam pelarut metanol menunjukkan adanya pergeseran kimia dari proton-proton pada isolat flavonoid, dan menunjukkan 2 resonansi yang berbeda. Yaitu 6,18 ( 1H,d, J=1,95 Hz ; H-6) ; 6,39 (1H,d,J=2,6Hz ; H-8) ; 6,89 (1H,d, J=8,45 Hz ; H-2’) ; 7,63(1H,d, J=8,4 Hz ; H-5’); dan 7,73 (1H,d, J=1,95 Hz ; H-6’). Spektra 1H-NMR isolat flavonoid tersebut ditunjukkan pada gambar 5.

Gambar 5. Spektra 1H-NMR isolat flavonoid.

Data spektra menggunakan spektrofotometer 13C-NMR dalam pelarut metanol diketahui bahwa isolat flavonoid memiliki pergeseran kimia atom karbon 148,8607 ppm ( C-2) ; 137,3479 ppm ( C-3) ;177,4376 ppm ( C-4); 162,6245 ppm (C-5) ; 99,3090 ppm ( C-6) ; 165,6673 ppm ( C-7) ; 94,4731 ppm (C-8) ; 158,3132 ppm (C-9) ; 104,628 ppm (C-10) ; 124,2327 ppm (C-2’) ; 116,0583 ppm (C-3’) ; 146,3235 ppm (C-4’) ; 148,0690 ppm (C-5’) dan 116,2968 ppm (C-6’). Spektra 13C-NMR ditunjukkan pada gambar 6.
Gambar 6. Spektra 13C-NMR isolat flavonoid
Berdasarkan data analisis IR,UV-Vis, 1H-NMR dan 13C-NMR dipastikan isolat adalah isolat kuersetin
Gambar 7. Struktur senyawa Kuersetin)









BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

      Telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid dari ekstrak air kulit batang Terminalia muelleri Benth. Berupa serbuk berwarna kuning dengan rendemen 0,2 % dan memiliki titik lebur 306-307,5 0C. Karakterisasi isolat yang dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis,IR,serta 1H-NMR dan 13C-NMR menunjukkan bahwa isolat tersebut adalah kuersetin. Kuersetin hasil isolasi memiliki aktivitas .

3.2. SARAN

Sebaiknya dilakukan penelitian yang memvariasikan pelarut lain selain pelarut air.

























DAFTAR PUSTAKA

Achmad ,S. A . 1986. Buku materi pokok kimia organik bahan alam. Karunika jakarta Universitas Terbuka, Jakarta.
Anonim, 1986. Sediaan Galenik. . Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Aziz, A. C.B . 2010. Spektroskopi Resonansi Magnetik Inti ( NMR).Makasar.
Cook, N. C. and S. Samman. 1996. Review Flavonoids-Chemistry, Metabolism, Cardioprotective Effect, And Dietary Sources. J. Nutr. Biochem .7: 66-76.
Cuppett, S., M. Schrepf and C. Hall III. 1954. Natural Antioxidant – Are They Reality Dalam Foreidoon Shahidi: Natural Antioxidants, Chemistry, Health Effect and Applications. AOCS Press, Champaign, Illinois: 12-24.
Geisman , T. A. 1962. The Chemistry of Flavonoid Compounds .The Macmillan Company,  New York
Madhavi, D.L., R.S. Singhal, P.R. Kulkarni. 1985. Technological Aspects of Food Antioxidants dalam D.L. Madhavi, S.S. Deshpande dan D.K. Salunkhe: Food Antioxidant, Technological, Toxilogical and Health Perspectives. Marcel Dekker Inc. Hongkong: 161-265
Markham, K. R. 1988. cara mengidentifikasi flavonoida .  Terjemahan Kosasih Padmawinata.ITB. Bandung.
Maslarova, N dan V. Yanishlieva. 2001. Inhibiting oxidation dalam Jan Pokorny, Nedyalka Yanislieva dan Michael Gordon: Antioxidants in food, Practical applications. Woodhead Publishing Limited, Cambridge: 22-70
Muchtadi, T. R. dan Sugiono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan . Depertament Pendidikan dan Kebudayaan . Direktorat jendral tinggi pusat antar universitas pangan dan gizi. Institute Pertanian Bogor. Bogor..
Rajalakshmi, D dan S. Narasimhan. (1985). Food Antioxidants: Sources and Methods of Evaluation dalam D.L. Madhavi: Food Antioxidant, Technological, Toxilogical and Health Perspectives. Marcel Dekker Inc., Hongkong: 76-77.
Suryanto, E. 2012. Fitokimia Antioksidan. Putra  Media Nusantara (PMN). Surabaya.

White, P.J. and Y. Xing. (1954). Antioxidants from Cereals and Legumes dalam Foreidoon Shahidi: Natural Antioxidants, Chemistry, Health Effect and Applications. AOCS Press, Champaign, Illinois: 25-63

Yuniati,W. W., K. Anam dan D. Kusrini . Isolasi , Karakteristik dan Uji Aktivitas Antioksidan Flavonoid dari Ekstrak Air Kulit Batang Ketapang Kencana (Terminalia muelleri  Benth ) . Jurnal Sains dan Matematika . 20(3) :71-76.

1 komentar:

  1. Games | Paddy Power Online Casino | CasinoGames.com
    Paddy Power casino 카지노 사이트 review and bonus offer · Choose Paddy Power Casino from a selection of top games. · Browse games on Paddy Power's list of Paddy Power Casino

    BalasHapus